DUTA Besar Palestina untuk Turki Nabil Maarouf menyebutkan, setidaknya ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai oleh pihak Israel dengan melakukan serangan ke Jalur Gaza. Serangan yang dimulai sejak 16 Nopember itu telah menewaskan 23 warga Palestina.
Dan perang misil antara kedua pihak itu tidak luput dari propaganda Israel di jejaring sosial dan blog.
Menurut Maarouf, alasan pertama Israel menyerang Gaza adalah untuk mendapatkan dukungan publik Israel menjelang pemilihan umum yang akan dilakukan negara Zionis tersebut pada awal tahun 2013. Hal tersebut sama seperti serangan yang dilakukan Israel ke Gaza pada tahun 2008 lalu yang dilakukan mendekati tanggal diadakannya pemilu di Israel.
"Mereka melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan pada tahun 2008. Kelompok sayap kanan Israel berusaha memenangkan pemilu dengan membunuhi warga Palestina yang tidak bersalah," ucap Maarouf, seperti dikutip Hurriyet, Jumat (16/11).
Alasan berikutnya adalah untuk menghambat upaya Palestina mendapatkan status keanggotaan di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Palestina merencanakan akan mengajukan rancangan resolusi yang akan memberikannya status pengamat di PBB. Pengajuan tersebut direncanakan pihak Palestina akan dilakukan pada 29 Nopember nanti. Namun niat Palestina itu dapat terhambat dengan meningkatnya ketegangan di Gaza. Alasan terakhir adalah untuk menutup-nutupi konflik yang terjadi di Suriah. Dengan serangan tersebut maka apa yang terjadi di Suriah tidak lagi menjadi prioritas pemberitaan di media-media.
"Lihat saja dua hari terakhir, apa ada orang yang berbicara tentang Suriah?" sebut Maarouf.
Pendapat Maarouf itu juga diamini Menlu Turki Ahmet Davutoglu. Davutoglu menyatakan, yang diuntungkan dengan serangan Israel ke Gaza termasuk juga Presiden Suriah Bashar al-Assad. Padahal Assad sedang berada dalam kondisi tertekan dengan terbentuknya koalisi baru oposisi Suriah.
Propaganda
Perang misil antara Israel dan kelompok bersenjata di Jalur Gaza sejak pekan lalu tidak luput dari propaganda Israel di jejaring sosial dan blog. Pasukan Israel memanfaatkan jejaring sosial Twitter dan YouTube untuk mengampanyekan serangan ke Gaza dan memberi peringatan ke Hamas. Setelah membunuh komandan militer Hamas Ahmed Jaabari, Israel langsung mengancam para pejabat Hamas lewat Twitternya.
"Kami menyarankan kepada seluruh pejabat tinggi atau rendah di Hamas agar tidak menunjukkan wajahnya dalam beberapa hari ke depan," ujar salah seorang pasukan Israel di Twitternya, seperti dikutip Russia Today, Jumat (16/11/2012).
Sebelum serangan udara tersebut berlangsung, pasukan Israel sudah aktif menulis dalam blognya (idfblog.com) dan mengklaim adanya serangan roket dari Gaza ke wilayah selatan Israel. Seorang akademisi dari Harvard Law School, Professor Gabriel Blum, mengatakan Israel sengaja menggunakan jejaring sosial dan blog untuk menjustifikasi serangannya ke Israel.
Salah satu kabar yang cukup mengejutkan dalam insiden krisis Gaza adalah kabar soal Jaabari yang terbunuh akibat serangan misil Israel. Selama ini Jaabari dipandang sebagai pemerakarsa gencatan senjata antara Israel dan kelompok bersenjata di Gaza. Namun pria itu justru tewas dibunuh oleh Israel.
Usai operasi Cast Lead pada 2009 silam, Israel membuat perjanjian dengan Hamas. Bila Jaabari bisa menjamin tidak adanya hujan roket dari Gaza ke Israel, Israel akan melonggarkan akses masuknya dana dan bantuan ke Gaza.
Meski demikian, perjanjian itu hancur beberapa pekan lalu. Jaabari turut disalahkan karena muncul kabar mengenai roket yang melintas dari Gaza ke Israel. Jaabari pun akhirnya tewas akibat serangan militer Israel.
Menurut Maarouf, alasan pertama Israel menyerang Gaza adalah untuk mendapatkan dukungan publik Israel menjelang pemilihan umum yang akan dilakukan negara Zionis tersebut pada awal tahun 2013. Hal tersebut sama seperti serangan yang dilakukan Israel ke Gaza pada tahun 2008 lalu yang dilakukan mendekati tanggal diadakannya pemilu di Israel.
"Mereka melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan pada tahun 2008. Kelompok sayap kanan Israel berusaha memenangkan pemilu dengan membunuhi warga Palestina yang tidak bersalah," ucap Maarouf, seperti dikutip Hurriyet, Jumat (16/11).
Alasan berikutnya adalah untuk menghambat upaya Palestina mendapatkan status keanggotaan di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Palestina merencanakan akan mengajukan rancangan resolusi yang akan memberikannya status pengamat di PBB. Pengajuan tersebut direncanakan pihak Palestina akan dilakukan pada 29 Nopember nanti. Namun niat Palestina itu dapat terhambat dengan meningkatnya ketegangan di Gaza. Alasan terakhir adalah untuk menutup-nutupi konflik yang terjadi di Suriah. Dengan serangan tersebut maka apa yang terjadi di Suriah tidak lagi menjadi prioritas pemberitaan di media-media.
"Lihat saja dua hari terakhir, apa ada orang yang berbicara tentang Suriah?" sebut Maarouf.
Pendapat Maarouf itu juga diamini Menlu Turki Ahmet Davutoglu. Davutoglu menyatakan, yang diuntungkan dengan serangan Israel ke Gaza termasuk juga Presiden Suriah Bashar al-Assad. Padahal Assad sedang berada dalam kondisi tertekan dengan terbentuknya koalisi baru oposisi Suriah.
Propaganda
Perang misil antara Israel dan kelompok bersenjata di Jalur Gaza sejak pekan lalu tidak luput dari propaganda Israel di jejaring sosial dan blog. Pasukan Israel memanfaatkan jejaring sosial Twitter dan YouTube untuk mengampanyekan serangan ke Gaza dan memberi peringatan ke Hamas. Setelah membunuh komandan militer Hamas Ahmed Jaabari, Israel langsung mengancam para pejabat Hamas lewat Twitternya.
"Kami menyarankan kepada seluruh pejabat tinggi atau rendah di Hamas agar tidak menunjukkan wajahnya dalam beberapa hari ke depan," ujar salah seorang pasukan Israel di Twitternya, seperti dikutip Russia Today, Jumat (16/11/2012).
Sebelum serangan udara tersebut berlangsung, pasukan Israel sudah aktif menulis dalam blognya (idfblog.com) dan mengklaim adanya serangan roket dari Gaza ke wilayah selatan Israel. Seorang akademisi dari Harvard Law School, Professor Gabriel Blum, mengatakan Israel sengaja menggunakan jejaring sosial dan blog untuk menjustifikasi serangannya ke Israel.
Salah satu kabar yang cukup mengejutkan dalam insiden krisis Gaza adalah kabar soal Jaabari yang terbunuh akibat serangan misil Israel. Selama ini Jaabari dipandang sebagai pemerakarsa gencatan senjata antara Israel dan kelompok bersenjata di Gaza. Namun pria itu justru tewas dibunuh oleh Israel.
Usai operasi Cast Lead pada 2009 silam, Israel membuat perjanjian dengan Hamas. Bila Jaabari bisa menjamin tidak adanya hujan roket dari Gaza ke Israel, Israel akan melonggarkan akses masuknya dana dan bantuan ke Gaza.
Meski demikian, perjanjian itu hancur beberapa pekan lalu. Jaabari turut disalahkan karena muncul kabar mengenai roket yang melintas dari Gaza ke Israel. Jaabari pun akhirnya tewas akibat serangan militer Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar